(Not) Everything is About Me!

Common Sense

Entah apa yang membuat manusia – manusia di muka bumi ini kian hari hanya semakin memikirkan dirinya semata. Sedikit flashback ke beberapa tahun yang lalu, masa dimana pandemi sedang melanda. Manusia terlihat saling berpegangan dan saling membantu satu sama lain. Namun setelah wabah pandemi usai, manusia kembali menunjukkan kulit aslinya. Bahkan lebih pelik.

 

Manusia saat ini semakin tak bijaksana dalam menggunakan suaranya, hampir semua terlalu bebas berkoar untuk mengkomentari sesuatu, berkeluh kesah, hingga berujung jadi mematikan rejeki orang. Sebuah kebebasan yang berujung menjadi senjata untuk banyak orang. Itu mengapa sebuah peribahasa mengatakan mulutmu adalah harimau mu. Maka berhati-hatilah dalam berkata-kata.

 

Tentu sebuah permasalahan pasti mempunyai berbagai sudut pandang persepsi. Untuk itulah kita harus melihat dari sudut pandang yang lebih luas, agar dapat melihatnya lebih netral dan memperhatikan langkah apa yang harus dilakukan sebelum mempublikasikannya pada media sosial dan mencari perhatian massa. Dengan demikian netizen akan menggiring permasalahan tersebut, dan mencampuradukan dengan pendapat mereka sehingga menjadi bola api yang panas.  

 

Mungkin ini yang disebut pula dengan star syndrome, berkat jumlah followers yang berjumlah jutaan. Menjadi tolok ukur bahwa diri seseorang tersebut begitu berpengaruhnya. Semua dinilai berdasarkan angka dan popularitas. Sehingga menganggap dirinya paling berkuasa, benar dan semua yang ada di dunia ini adalah ‘tentang dia’. Menganggap orang lain berada dalam orbitnya dan berputar untuk dia semata.

 

Hidup di dunia ini tidak sendiri, dan setiap prilaku pasti bersinggungan dengan orang banyak. Jangan hanya karena jumlah followers di dunia maya, membuat diri kita menjadi berbeda kasta dengan masyarakat sekitar. Justru dengan keistimewaan memiliki jumlah followers yang banyak, artinya Anda mempunyai tanggung jawab untuk menyuarakan kebaikkan, membantu membagi rejeki untuk orang lain dan membantu menyebarkan ilmu yang bermanfaat untuk orang lain. Karena bagaimana pun ketika seseorang itu sudah tidak hidup di dunia, hanya ilmu dan amal bermanfaat yang tak akan putus.

 

Foto:  Tara Winstead - pexels.com