Malam itu Institut Français d’Indonesia yang berada di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat mendadak dipenuhi para tamu undangan yang hadir dari kalangan seni, mode dan media gaya hidup. Tentu bukan menjadi suatu hal yang biasa melihat crowd pelaku art dan lifestyle yang biasa hanya ditemui pada acara-acara fashion show. Ya, tentu ini adalah berkat ‘kelakuan’ Asmara Abigail.
Wanita yang dikenal melalui fashion scene lebih dari satu dekade yang lalu ini tak hanya melebarkan hubungan relasinya kepada industri film, media dan fashion saja, tapi ia juga menapakkan kakinya dalam hubungan diplomatik antara Indonesia dan Perancis. Hal ini dibuktikan dengan sebuah performanya untuk ‘The Impossible Shadow’ sebuah penampilan monolog yang diselipkan seni gerak tari.
Pertunjukan yang sekaligus menjadi momentum selebrasi 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Prancis ini, bercerita mengenai penghormatan kepada Ratna Mohini seorang penari Jawa yang menjadi inspirasi sekaligus istri fotografer legendaris Henri Cartier-Bresson. Dalam tarian dan monolog yang dipentaskan, Asmara Abigail berhasil menghidupkan kisah cinta berbeda budaya tersebut.
Pementasan yang berdurasi hampir 1 jam itu dibagi menjadi dua scene, yang mana mengupas seorang Asmara Abigail menjadi beberapa lapisan. Tak hanya raut wajah yang penuh ekspresi dan emosi yang bertetesan air mata, namun juga koreografi tarian yang kompleks. Istimewanya pula monolog ini ia bawakan dalam bahasa Inggris yang diselingi dengan bahasa Perancis.
Aktris yang telah membintangi banyak judul film dengan sederet prestasi bergengsi baik di tanah air dan luar negeri ini, memberanikan dirinya untuk menjadi penulis, sutradara sekaligus produser untuk ‘The Impossible Shadow’ ini. Tepukan tangan dan pujian tentu bukan menjadi tujuan bagi Asmara Abigail untuk meraih eksistensi, melainkan sebuah dedikasi dan kecintaanya terhadap seni. Hal ini terbukti dengan apresiasinya dalam membawa semua tim yang terlibat keatas panggung ketika curtain call berlangsung. Dan sederet nama penting diantaranya Dani Huda (co-director), Yulia Evina Bhara (co-producer) hingga desainer Toton pun turut berkontribusi dalam pergelaran tersebut. Ya, sekali lagi Indonesia patut berbangga atas talenta-talenta di negeri ini.