Balon atau Mobil-Mobilan?

Common Sense

Libur lebaran kemarin saya manfaatkan untuk menghabiskan waktu dengan keluarga. Tuntutan pekerjaan kerap kali membuat saya langsung menuju ke kamar sesampainya di rumah. Banyak hal yang saya lewatkan termasuk momen bermain bersama keponakan, maklum masih tinggal di bawah satu atap yang sama. Little did I know, there are so many things to learn from these little children. 

Anak kecil dikenal dengan kegigihannya dalam memiliki sesuatu. Tak terkecuali keponakan saya yang masih berusia empat tahun. Ketika melihat balon helium berbentuk ikan, ia pun segera merengek kepada orangtuanya untuk membelikan balon tersebut. Namun, sebagai orang dewasa, saya mengetahui bahwa balon merupakan mainan yang bersifat sangat sementara dan rentan pecah. Maka dari itu, saya berkata, "Bryan, jangan beli balon, nanti dari sini kita ke mall terus beli mobil-mobilan, ya." Apa yang terjadi berikutnya? Tentu tangisannya semakin keras dan akhirnya ia mendapatkan balon yang diinginkan. 

Namun, tak lama kemudian, balon yang baru saja dimiliki sekitar satu jam itu mengenai sudut meja dan seketika pecah. Tepat seperti apa yang saya pikirkan. Andai saja keponakan saya bisa dengan sabar menanti, ia akan mendapatkan sesuatu yang sifatnya lebih tahan lama. Lalu, saya pun termenung. Bukankah saya juga seringkali lebih memilih balon yang datang lebih mudah dan cepat ketimbang harus sabar menanti mobil-mobilan? Meskipun, sebenarnya saya paham betul bahwa balon hanya bersinggah sementara. "What comes easy, goes easy," they said.

Banyak hal di dalam hidup ini yang tanpa disadari datang dan pergi dengan mudah. Satu hal yang mungkin pernah dirasakan oleh sebagian banyak individu. Ya, cinta. Berapa banyak dari Anda yang pernah berkompromi dengan kualitas seseorang hanya karena perasaan bernamakan cinta. Baru didekati sebentar, sudah langsung terbawa perasaan dan memutuskan untuk menjalin hubungan dengannya. Tiga bulan berlalu, mata Anda pun seolah terbukakan bahwa ia sebenarnya bukan sosok yang cukup pantas untuk dijadikan teman hidup. Tidak hanya membuang waktu, Anda mungkin saja melewatkan seseorang yang tepat.

Tidak ada salahnya menanti sedikit lebih lama. Tidak ada salahnya memilah-milah sebelum menjatuhkan pilihan. Bukankah dengan demikian Anda dapat lebih menghargai apapun atau siapapun yang datang kelak? Jika saja keponakan saya dengan sabar menanti mobil-mobilan, ia tidak perlu menangis karena merasa kehilangan balon yang pecah dan bisa bermain mobil-mobilan dalam waktu yang lama. Andai saja dia lebih sabar..... Ya, andai saja Anda lebih sabar.