#CLARAPride: Wawancara Bersama Sasha Sabrina Alatas

Beberapa dekade yang lalu, usia 22 tahun adalah masa di mana seseorang memulai kariernya dengan bekerja di perusahaan atau institusi, sambil menimba ilmu dalam dunia kerja. Tetapi, untuk masa kini usia 22 tahun adalah saat yang tepat bagi seseorang untuk memulai usaha pribadi, seperti yang dilakukan oleh Sasha Sabrina Alatas, chef sekaligus pemilik Manje Restaurant.

Sasha Sabrina Alatas in TANGAN, Patrick Owen & Rinaldy Yunardi

Apakah menjadi seorang chef adalah sebuah karier yang Anda inginkan dari kecil?
Kalau dari SMA awalnya, aku ingin menjadi civil engineer atau arsitek. Tapi memang hobby masak di rumah. Sampai suatu saat akhirnya aku kerja di sebuah restoran di Jakarta. Lalu aku melanjutkan study culinary di Perancis.


Ada sebuah statement yang mengatakan bahwa profesi chef itu adalah profesi yang hanya cocok dilakukan oleh pria, mengingat keadaan dapur yang panas dan dapat memicu temperamen buruk. Apakah hal tersebut itu berpengaruh bagi Anda?
Sebenernya secara general kerja di dapur itu seperti di milliter, yang pertama mentalnya diuji dan yang kedua fisiknya diuji. Dan kebetulan aku mentalnya kuat untuk kerja di dapur. Dan enggak ada masalah buat aku. Jadi so far aman.
 

Definisi genderless bagi kamu apa?
Kalau misalkan dari industri aku, seperti makanan, biasanya aku harus mikir bagaimana supaya makan dan restoran aku tidak hanya menarik di mata perempuan untuk posting di social media, tapi juga laki-laki juga mau untuk posting makanan aku.
 

Apakah profesi ini tergolong profesi masa depan bagi Anda?
Menurut aku kerja di restoran itu untuk pembelajaran saja, karena ini bukan karier yang bisa menjanjikan untuk seterusnya. Makanya nanti ketika aku usia 40 tahun nanti, inginnya aku bisa membuat bisnis sendiri.
 

Rencananya ingin bisnis apa?
Tetap di kuliner sih pastinya. Focus di industri ini.


 

Sasha Sabrina Alatas in TANGAN, Patrick Owen & Rinaldy Yunardi

Saat ini banyak sekali restoran makanan sehat, menurut Anda apakah ini hanya sebuah tren atau ke depannya akan terus bertahan?
Sekarang ini memang tren banget restoran dengan konsep tersebut. Tetapi kalau bertahan atau enggak, semua balik lagi kepada kualitas restorannya sendiri sih.
 

Yang membedakan restoran Anda dengan semua restoran di Jakarta apa?
Aku lebih kepada produknya sih. Dan aku dapat feedback tersebut juga dari para customer yang makan di tempat aku. Yang aku tau mereka datang ke tempat aku untuk cari produknya.
 

Apakah kuliner termasuk bisnis yang berat menurut Anda?
Sangat! Karena kompetitornya banyak banget. Bahkan orang yang tidak mengerti kuliner juga membuat bisnis F & B.
 

Di kalangan millennial saat ini segala profesi akan terbantu kesuksesannya, apabila seseorang yang menjalaninya memiliki followers banyak di media sosial. Bagi Anda apakah hal tersebut diperlukan untuk mendukung karier Anda?
Sebenarnya kalau dilihat dari era millennial saat ini sangat penting, karena bisnis apapun sekarang dari social media untuk marketingnya. Tapi kalau aku sendiri tidak terlalu condong kesana sih. Aku tidak memikirkan harus banyak followers agar bisnis aku laku. Tapi memang ada keuntungan yang bisa diambil apabila memiliki followers banyak.
 

Beratnya  menjadi seorang chef apa?
Pertama sudah tidak punya kehidupan pribadi lagi. Karena kan restoran aku baru saja buka juga dan aku sendiri menjalankannya, pagi sudah pergi ke restoran, sampai malam tutup. Dan pulang sampai rumah sudah malam dan capek juga mau ketemu dengan teman-teman. Yang kedua waktu sama keluarga sekarang jadi enggak ada lagi, tapi untung mereka ngerti ya. Ya berat ya harus ngejalanin semuanya sendiri.
 

Apa hal yang Anda dapat aplikasikan dari pengalaman kerja di perancis?
Lebih kepada skill-nya, kalau masalah taste sudah pasti beda, karena di sini lebih kepada rempah-rempah yang diminati oleh customer, dan tentu lebih kepada operasionalnya. Tapi yang paling aku dapet dan aku bersyukur banget adalah mentalnya sih. Bisa dibilang di sana mental aku di test banget, dan di sini lebih nyantai dalam konteks bekerja di dapur.
 

Saat ini Anda harus manage tim juga, menurut Anda paling susah dalam hal apa?
Paling susah adalah di sini orangnya gampang tersinggung, sementara di sana orang kena tegur bisa profesional. Jadi untuk aku yang susah adalah membuat operasionalnya berjalan baik dan dapat menegur mereka tanpa buat mereka sakit hati.
 

Bagaimana cara Anda meng-handle tim yang usianya terpaut jauh dari Anda?
Jadi ada salah satu staff-ku yang usianya 40 tahun. Dari awal aku sudah bilang sama mereka bahwa di sini yang kerja semuanya anak muda, jadi kalau misalnya bapak mau kerja di sini tolong kerjasamanya, saling menghargai dan jangan tersinggung, Karena kita semua yang kerja di sini lebih muda daripada Bapak.
 

Apa makna pride bagi Anda?
In my definition…lebih kepada image diri seseorang, yang mana “kamu tuh pengennya kelihatan bagus terus” Jadi sebenarnya pride itu bisa bagus bisa engga. Bisa jadi positif bisa juga negatif, jadi harus hati-hati.
 

Apa yang paling Anda banggakan dari diri Anda?
Bisa mulai untuk hidup mandiri dengan cara kerja sendiri tanpa membebankan orang tua aku.
 

Sekarang sudah tercapai?
Ya sudah mulai lah. Hahaha.